Selasa, 22 Desember 2009

Refleksi 1 Tahun Bersama Anak Yatim


Satu tahun sudah KOTA AYAT melangkah bersama orang tua asuh dan anak yatim. Bermula dari ide sederhana untuk memberikan perhatian kepada Anak Yatim dan Terlantar secara kolektif agar beban untuk memberikan kasih sayang kepada anak yatim terasa lebih ringan.
Berkat kemudahan yang Allah berikan melalui terbukanya hati para tokoh masyarakat dan dermawan yang bersedia menjadi orang tua asuh, lembaga yang dimotori Danu Kurnia cs ini sudah mampu memberikan santunan rutin setiap bulan kepada 80 anak yatim dan terlantar serta memberikan beasiswa penuh kepada 4 orang anak asuh yang megikuti pendidikan di Pondok Pesantren Ulumul Quran, Parung, Depok dan Pondok Pesantren Darussalam, Cimanggis Depok.
Sejumlah perjanjian kerjasama pun dilakukan dalam rangka meningkatan kualitas pembinaan anak asuh maupun sosialiasi program kepada masyarakat. Tercatat Pengurus RW. 02, RW.09 dan RW.12 Kelapa Dua Wetan telah menjalin kerjasama dalam rangka penjaringan orang tua asuh di wilayahnya masing-masing. LP3I Course Center Cabang Cibubur, Pondok Pesantren Ulumul Quran dan Madrasah Diniyah Al Husna pun menandatangani perjanjian dengan KOTA AYAT dalam bidang pendidikan.
Kepercayaan publik kepada KOTA AYAT pun meningkat. Qatar Charity Indonesia, lembaga penyantun yang berpusat di Daha, Qatar ini pun berkenan melakukan kerjasama dalam kegiatan penyembelihan hewan qurban dengan menyumbang 1 ekor sapi dari 2 ekor sapi dan 1 ekor domba yang disembelih untuk didistribusikan kepada 80 anak asuh KOTA AYAT dan 300 orang kaum dhuafa di wilayah Kampung Baru, Kelurahan Kelapa Dua Wetan.
Pada tahun kedua ini, berpusat pada sebuah kontrakan kecil, di belakang Masjid Jami’ Al Mujahidin RW. 12 sebagai sekretariat dan Learning Center, Pengurus KOTA AYAT berkomitmen mengembangkan program bagi anak asuh berupa santunan kesehatan. Kerjasama dengan klinik sedang dalam pembahasan. Nantiya, ketika seorang anak asuh sakit, maka ia dapat berobat ke klinik yang dirujuk, gratis.
Pembinaan anak asuh juga semakin diintensifkan. Setiap bulan 2 kali pertemuan pembinaan dilakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang Islam.
Program pokok yang dalam proses persiapan adalah pembukaan lapangan kerja, dalam bentuk pembentukan unit usaha yang diharapkan nantinya dapat pula memberikan kontribusi positif baik berupa kemandirian anak asuh yang sudah dewasa maupun pendanaan KOTA AYAT.
Pengesahan badan hukum kini menjadi pekerjaan rumah bagi lembaga yang menghimpun dana dari 190 orang tua asuh dan dermawan. Dalam satu tahun ini dana yang terkumpul mencapai lebih dari 70 juta rupiah.
Tahun kedua ini, diharapkan jumlah orang tua asuh bertambah sehingga anak asuh yang dapat disantuni KOTA AYAT juga bertambah banyak. Amin.

Jumat, 19 Juni 2009

KOTA AYAT: Peduli Pendidikan Anak Yatim

Program Wajib Belajar yang pernah dicanangkan Pemerintah sejak tahun 1984 masih belum sepenuhnya dinikmati mereka yang paling membutuhkan: anak yatim dan telantar. Malah, meskipun kemudian digulirkan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang diambilkan dari subsidi BBM, tidak sedikit sekolah yang masih memungut biaya dari anak didik.

Belakangan Pemerintah kembali mencanangkan Sekolah Gratis untuk anak Indonesia. Anak usia SD dan SMP sejak Januari 2009 bebas SPP, khususnya di sekolah negeri. Dana BOS yang akan diterima oleh tiap siswa adalah sebesar Rp 400.000/tahun untuk SD di wilayah kota, Rp 397.000/tahun untuk SD di kabupaten. Sedangkan untuk siswa SMP di kota Rp 575.000/tahun dan SMP di kabupaten Rp 570.000/tahun.

Kebijakan ini wajib disyukuri. Namun perlu diingat, anak-anak harapan bangsa ini tidak hanya perlu disokong pendidikan umumnya, tapi juga perlu mendapatkan pendidikan agama secara seimbang. Dalam konteks ini, KOTA AYAT bertekad memberikan sumbangsih yang sepadan untuk pe-ningkatan kualitas pendidikan anak yatim dan telantar. “Selain memberikan santunan bulanan, kita arahkan anak yatim untuk bisa mendapatkan pendidikan agama yang memadai,” papar H.M. Aliadin, Kepala Divisi Edukasi KOTA AYAT.

Saat ini KOTA AYAT sedang menggalang kerjasama dengan Madrasah Diniyah Al-Husna. Sebagian besar dari 80 anak asuh KOTA AYAT akan diarahkan untuk bisa menimba ilmu di sini. Ketua Yayasan Masjid Al-Husna, Sunardi, yang mengelola Madrasah Al-Husna ini, memaparkan, saat ini pihaknya mendisain program unggulan tahfidz untuk anak-anak. “Diha-rapkan dalam delapan semester, mereka sudah hafal paling tidak dua juz,” terangnya. “Anak-anak juga dibekali ke-trampilan lain yang membentuk karakter dan kepribadian Islami seperti marawis dan pidato,” imbuhnya lagi.

Selain itu, KOTA AYAT juga menjalin kerjasama dengan lembaga bimbingan belajar LP31. Menurut Rahmat Firdaus, Manajer Bimbingan Belajar LP3I Cabang Cibubur, pihaknya sangat senang bisa bekerja sama dengan KOTA AYAT. “Anak yatim yang ingin belajar, boleh ke LP3I,” tuturnya. Pihaknya akan menerima 10 anak yatim/telantar yang direkomendasikan KOTA AYAT, gratis.

Nota kerjasama dengan LP3I ini ditandatangani saat pembagian santunan untuk anak yatim yang dilakukan di Masjid Al-Husna. Hadir dalam acara itu, tokoh masyarakat antara lain Ustadz Mahfud Insani, Ustadz H. Ahmad Madid, S.Ag, Ketua RW 12, Bpk Nardi P. Wiyono, Ketua RW 02, Bpk. H. Kasimin, dan Ketua RW 09, Bpk H. Bomin Raharjo.

Saat ini, untuk memperkuat basis layanan, KOTA AYAT sedang menggalang kerjasama dengan tiga RW itu. “MoU insya Allah akan ditandatangani pada penyerahan santunan ketiga,” kata Danu Kurnia, Ketua KOTA AYAT. Diharapkan dengan kerjasama ini, pendidikan anak yatim dan telantar bisa seimbang dan berkualitas.

"Saya Sudah Hapal 1 Juzz"

Wajah Eneng (14) tampak cerah. Santri Pondok Pesantren Ulumul Qur’an, Parung, Bogor, itu tak mampu menyembunyikan kegembiraannya. Hari itu, setelah dua bulan ia belajar di tempat baru, ia tampak terharu saat Ustadz Danu Kurnia, Ketua KOTA AYAT, bersama istri berkunjung untuk melihat perkembangan pendidikannya. “Alhamdulillah, saya sudah hafal satu juz,” tutur Eneng senang.

Menurut Ustadz Kurnia, saat pertama kali masuk di pondok tahfidz itu, KOTA AYAT membayarkan Rp 950 ribu untuk uang muka pendidikan Eneng. Dana yang mungkin cukup banyak, tapi tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan uang masuk untuk sekolah TK atau SDIT bonafid yang mencapai puluhan juta. Terlebih, setelah itu, santri dibebaskan dari uang makan dan semua biaya yang terkait dengan tinggal di pondok. “Untuk pegangan Si Eneng, tiap bulan kita kirimkan Rp 100 ribu,” imbuh Ustadz Kurnia.

Eneng berasal dari Naringgul, Cianjur. Setelah ditinggalkan ibunya, ia dibesarkan ayahnya yang hidup dalam keterbatasan. Ia sempat dititipkan sang ayah di rumah neneknya, sebelum kemudian sempat belajar di Madrasah Diniyah Al-Husna, Kampung Baru, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur. Di tempat barunya, Eneng lebih terpanggil untuk belajar ilmu agama. ”Saya juga belajar qoriah dan ketrampilan pidato.”

Di tempat terpisah, Damar, siswa kelas 1 SMPN 258 Jakarta, juga tampak bergembira. Damar, anak bungsu dari tiga bersaudara, ditinggal sang ayah ketika masih berusia dua tahun. Namun ibunya tetap berusaha keras agar ia bisa terus mengenyam pendidikan. Saat KOTA AYAT membuka kerjasama dengan Bimbingan Belajar LP3I, Damar salah satu siswa yang beruntung mendapat kesempatan belajar di lembaga Bimbingan Belajar itu. ”Nilai matematika saya masih di bawah rata-rata. Saya ingin belajar lebih giat lagi ,” tekadnya.

Eneng dan Damar adalah dua dari sekitar 80 anak asuh yang sekarang disantuni KOTA AYAT. Kebanyakan dari mereka adalah anak yatim atau terlantar yang masih tinggal bersama di rumah orang tua masing-masing. Untuk yang masih tinggal bersama orang tua ini, diberikan santunan pendidikan sebesar Rp 50 ribu sebulannya. Meskipun nilainya tidak seberapa, tapi inilah wujud konkrit yang digalang KOTA AYAT untuk menemani dan mengantarkan anak yatim dan terlantar menggapai impiannya.

Sabtu, 21 Maret 2009

KOTA AYAT Gandeng 2 Lembaga Pendidikan

Setelah sukses mengadakan Soft Launching I di Masjid Jami' Al Mujahidin Kp. Baru, Kelapa Dua Wetan berupa Santunan Bulanan kepada 80 orang anak asuhnya, KOTA AYAT mulai bergerak lebih serius menjalankan program pendidikan bagi anak asuhnya.
Diawali dengan pengiriman Ananda Eneng, anak asuh KOTA AYAT sebagai duta belajar ke Pondok Pesantren Putri Ulumul Quran di Sawangan Depok untuk mengikuti program Tahfizhul Quran (Menghapal Al Quran) pada 22 Februari 2009 lalu. Eneng yang diantar segenap jajaran Pengurus KOTA AYAT ke Pondok Pesantren tersebut diharapkan dapat menyelesaikan hapalan Al Quran 30 juz sekaligus menyelesaikan pendidikan formal tingkat SMP dalam 3 tahun mendatang.
Program pendidikan KOTA AYAT bagi anak asuhnya tak berhenti sampai disitu. Divisi Edukasi KOTA AYAT yang dinahkodai H.M Aliadin membuat terobosan dengan menggandeng 2 lembaga pendidikan untuk membantu pelaksanaan program pendidikan bagi anak yatim dan terlantar asuhan KOTA AYAT. Madrasah Diniyah Al Husna dan LP3I Course Center cabang Cibubur menjadi rekanan yang siap membantu mewujudkan pendidikan berkualitas bagi anak asuh KOTA AYAT. "Setiap anak asuh KOTA AYAT harus mendapat pendidikan yang cukup bagi bekal hidup mereka di masa depan", tegas H.M. Aliadin dengan semangat.
Kerjasama KOTA AYAT dengan dua lembaga tersebut diwujudkan dengan penandatanganan MoU pada Acara Gebyar Semangat II KOTA AYAT, 15 Maret 2009 lalu. Dua puluh anak asuh KOTA AYAT siap dikirim sebagai duta untuk belajar Agama di Madrasah Diniyah Al Husna dengan beasiswa penuh dari KOTA AYAT. Tiga orang dari sepuluh anak asuh yang akan diberi kesempatan belajar gratis pun telah mengikuti pembelajaran di LP3I Course Center Cabang Cibubur untuk mendalami pelajaran yang didapat di sekolahnya.
"Ini baru awal, ke depan semua anak asuh akan mendapatkan program beasiswa penuh untuk mengikuti pendidikan diberbagai lembaga pendidikan mitra KOTA AYAT". kata H.M. Aliadin menutup.

Rabu, 18 Februari 2009

KOTA AYAT: “Memastikan” Satu Kavling di Surga



”Hah??! Emangnya bisa dipesan?”

Kebanyakan orang menumpuk harta dalam bentuk rumah mewah, tanah, dan deposito. Mereka lupa, kalau suatu ketika, semua yang dengan susah payah dikumpulkan dan dibanggakan itu, akhirnya hanya akan diwariskan atau malah jatuh ke tangan orang lain. Ketika kematian menjemput, semua ditinggalkan. Kesibukan membuat kebanyakan orang lupa untuk memesan tempat peristirahatan abadi: kavling di surga.

Sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim menyebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Orang yang memelihara anak yatim, maka aku (Nabi) dan dia seperti dua jari di syurga.” Isyarat ini begitu jelas. Pemelihara anak yatim mendapatkan tempat khusus bersama Nabi di surga. Nabi yang terlahir dalam kondisi yatim, merasakan pahit getir bagaimana dibesarkan tanpa kehadiran ayah dan ibu. Karena itu, siapapun ummatnya yang mau memelihara, menyantuni, dan mendidik anak yatim, Beliau menjaminnya menjadi sahabatnya di surga.

Berbekal dari pengertian inilah ide awal pendirian organisasi sosial KOTA AYAT (Kepedulian Orang Tua Asuh Untuk Anak yatim dan Terlantar) dimulai. ”Suatu ketika, seorang teman meminta saya mencarikan anak yatim di sekitar saya. Katanya, anak tersebut akan disantuni. Dengan senang hati saya carikan. Namun ternyata masing-masing anak tersebut hanya diberikan Rp 50 ribu untuk setahun,” kenang Ustadz Danu Kurnia prihatin.

Dengan jumlah itu, pikir Ketua KOTA AYAT ini, hanya akan menjadi kejutan menyenangkan sementara, tapi tidak akan mengubah nasib dari anak yatim itu seterusnya. Oleh karena itu, dalam berbagai kesempatan, pengusaha ayam goreng fried chicken dalam gerobak ini mencoba menularkan ide pemberdayaan anak yatim yang bersifat permanen. ”Syukur-syukur bisa mengantarkan dan membekali hidup mereka dengan kemampuan yang membuat mereka bisa hidup mandiri.”

Gagasan ini dimulai dengan mengedarkan kotak amal. Kotak-kotak tersebut ditempatkan di masing-masing warung, toko, pengusaha kecil, yang menjadi mitra kerja ataupun kenalannya. Mungkin sudah banyak yang menaruh kotak yang sama di pusat-pusat keramaian ataupun tempat-tempat bisnis. Namun, tegas dia, kotak yang ini berbeda. ”Dengan bersedia ditempatkan kotak, maka secara tidak langsung ia bersedia menjadi orang tua asuh. Jadi kotak ini tidak sekadar menitipkan. Karena pemilik warung/toko atau usaha punya kewajiban mengisinya,” terang alumnus pesantren Al Ittifaq, Baru Tunggul, Cibedey, Bandung.

Ia memberikan gambaran, banyak sekali pedagang mengeluarkan uang ’sia-sia’ yang tidak terasa setiap harinya. ”Dari pada buat ngasih pengamen, preman, atau ngrokok yang seharinya bisa ribuan, mendingan untuk anak yatim. Mereka senang, kita pun dapat berkahnya,” tandasnya.

Sambutan positif pun mengalir dari berbagai kalangan usahawan kecil. ”Anak yatim perlu terus diperhatikan keperluan hariannya dan pendidikannya supaya anak-anak yatim itu merasa terlindungi dan juga diperhatikan sehingga tidak putus harapan dan dapat hidup mandiri dimasa depan,” kata Ustadz Sumanto, pemilik warung mie ayam yang juga pengurus Masjid Jami’ Al Mujahidin, Kampung Baru, Kelapa Dua Wetan.

”Kalau bisa sampai penyediaan fasilitas asrama sehingga dapat dilakukan pembinaan sejak dini untuk menghasilkan SDM yang berkualitas ,” timpal H. Aliadin, pemilik warung sayur-mayur di wilayah yang sama.

Dukungan juga mengalir dari kalangan muda. ”Saya tergerak untuk bergabung dengan KOTA AYAT karena ini bentuk dari pada kesalihan sosial. Jadi bukan hanya ngerjain ibadah mahdhoh saja. Ini juga penting. Apalagi kalau nantinya kita tidak hanya memfasilitasi pendidikan, tapi juga bisa mengantarkan mereka menjadi entrepreneur (wiraswastawan),” kata Mas Teguh Priyanto, mahasiswa FMIPA UNJ, yang juga sekretaris KOTA AYAT.

Dari beberapa kali pertemuan informal dengan beberapa para pedagang, usahawan kecil, dan mitra bisnis lain, papar ustadz Danu Kurnia, kemudian disepakati untuk membentuk KOTA AYAT. Ada tiga program kerja utama: pendidikan, santunan, dan membuka lapangan kerja. ”Panti Asuhan biasanya menyediakan yang pertama dan kedua, tapi memikirkan sampai dapat pekerjaan, mungkin masih jarang,” paparnya. Dengan melihat para orang tua asuh dari kalangan usaha kecil, para pendiri KOTA AYAT, berharap setelah tamat SMP atau SMU anak-anak yatim ini bisa dimagangkan di tempat orang tua asuh, hingga mereka mendapatkan ketrampilan dan bisa dilepas sendiri.

Sampai pertengahan Desember, lanjut Ustadz Kurnia, baru tersebar kira-kira 65 kotak amal untuk Orang Tua Asuh. Ditargetkan, tahun 2009 bisa mencapai 1000 kotak. ”Kita berharap tahun depan bisa menyantuni pendidikan untuk 500 orang yatim dan terlantar,” ujarnya optimis.

Harapan mereka, bukan hanya senang melihat anak-anak yatim dan terlantar binaan kelak bisa mandiri. Tapi yang jelas, langkah ini semoga berbuah ridla Allah SWT sehingga ketika saatnya tiba berpamitan dari dunia fana: sebuah kapling surga telah dipesan untuk mereka.